Nusa Tenggara Timur menyimpan kekayaan tradisi luhur yang diwariskan secara turun-temurun. Salah satunya adalah Tradisi Bikin Rume, sebuah praktik gotong royong yang unik dan sarat makna dalam membangun rumah adat di berbagai wilayah Flores. Lebih dari sekadar membangun fisik sebuah hunian, Bikin Rume merefleksikan nilai-nilai kebersamaan, solidaritas, dan kearifan lokal yang menjadi ciri khas masyarakat Flores.

Secara harfiah, “Bikin Rume” berarti “membuat rumah.” Namun, prosesnya jauh lebih kompleks dan melibatkan seluruh komunitas. Ketika seseorang atau keluarga berencana membangun rumah adat, kabar tersebut akan menyebar di seluruh kampung. Tanpa upah atau paksaan, anggota masyarakat secara sukarela datang membantu, mulai dari mencari dan mengumpulkan material seperti kayu dan bambu dari hutan, hingga proses mendirikan tiang, memasang atap, dan menyelesaikan dinding rumah.

Keunikan Tradisi Bikin Rume terletak pada semangat kebersamaan yang sangat kuat. Setiap orang memiliki peran dan tanggung jawabnya masing-masing, sesuai dengan keahlian dan kemampuan mereka. Laki-laki biasanya bertugas menebang kayu, mengolah bambu, dan mendirikan struktur utama rumah. Sementara itu, perempuan menyiapkan makanan dan minuman untuk para pekerja, serta membantu dalam pekerjaan yang lebih ringan. Anak-anak pun turut berpartisipasi sesuai dengan usia mereka, menciptakan suasana gotong royong yang melibatkan seluruh generasi.

Proses Bikin Rume bukan hanya sekadar aktivitas fisik, tetapi juga menjadi ajang silaturahmi dan mempererat tali persaudaraan antarwarga kampung. Sambil bekerja, mereka berbagi cerita, bertukar pengalaman, dan memperkuat rasa memiliki terhadap komunitas. Keputusan-keputusan penting terkait pembangunan rumah adat seringkali dibahas secara bersama-sama, mencerminkan prinsip musyawarah dan mufakat yang dijunjung tinggi.

Lebih dalam lagi, Tradisi Bikin Rume juga mengandung nilai-nilai kearifan lokal yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan. Material yang digunakan untuk membangun rumah adat biasanya berasal dari alam sekitar dan dipilih secara bijak, menjaga keseimbangan ekosistem. Bentuk dan arsitektur rumah adat pun memiliki filosofi tersendiri yang mencerminkan hubungan harmonis antara manusia dengan alam dan kepercayaan terhadap leluhur.

Sayangnya, di era modernisasi ini, Tradisi Bikin Rume mulai mengalami pergeseran di beberapa wilayah Flores. Namun, semangat gotong royong dan kebersamaan yang terkandung di dalamnya tetap menjadi bagian penting dari identitas masyarakat Flores.