Kerajaan Kutai Martapura, diperkirakan berdiri sekitar abad ke-4 Masehi, tercatat sebagai salah satu kerajaan Hindu tertua di Nusantara. Lokasinya yang strategis di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur, menjadikannya pusat perdagangan dan pertanian yang penting pada masanya.
Awal Mula Berdiri:
Pendiri kerajaan ini diperkirakan adalah Kudungga, yang pada awalnya merupakan seorang kepala suku lokal. Masuknya pengaruh Hindu dari India secara bertahap mengubah struktur kepemimpinan menjadi monarki. Putra Kudungga, Aswawarman, dianggap sebagai pendiri dinasti kerajaan dan memperkenalkan tradisi Hindu secara lebih kuat. Namun, puncak kejayaan Kutai Martapura diraih pada masa pemerintahan Mulawarman, putra Aswawarman. Prasasti Yupa mencatat kedermawanan Mulawarman yang memberikan banyak sedekah kepada kaum Brahmana, menandakan kemakmuran dan kekuatan kerajaan. Pada masa ini, bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa juga dikuasai oleh kalangan terdidik, menunjukkan adanya perkembangan intelektual.
Faktor-faktor Kemunduran dan Keruntuhan:
Setelah masa gemilang Mulawarman, Kerajaan Kutai Martapura perlahan mengalami kemunduran. Beberapa faktor diduga menjadi penyebabnya:
- Lemahnya Kepemimpinan Raja-raja Selanjutnya: Tidak ada catatan yang menonjol mengenai raja-raja setelah Mulawarman, yang mengindikasikan kemungkinan terjadinya penurunan kualitas kepemimpinan.
- Serangan dari Kerajaan Lain: Pada abad ke-13 Masehi, muncul kekuatan baru di Kalimantan Timur, yaitu Kerajaan Kutai Kartanegara. Kerajaan ini berpusat di Kutai Lama dan memiliki ambisi untuk memperluas wilayah.
- Peperangan dengan Kutai Kartanegara: Konflik antara Kutai Martapura dan Kutai Kartanegara mencapai puncaknya pada abad ke-17 Masehi. Dalam peperangan tersebut, Maharaja Dharma Setia, yang merupakan raja terakhir Kutai Martapura, gugur di tangan Pangeran Sinum Panji Mendapa dari Kutai Kartanegara.
Akhir Riwayat:
Kekalahan dalam perang tersebut menandai runtuhnya Kerajaan Kutai Martapura. Wilayah kekuasaannya kemudian dianeksasi oleh Kerajaan Kutai Kartanegara. Peristiwa ini juga menyebabkan perubahan nama kerajaan menjadi Kutai Kartanegara Ing Martadipura, sebagai penggabungan dua kekuatan yang pernah bersaing. Meskipun Kerajaan Kutai Martapura telah tiada, jejak sejarahnya tetap terukir melalui prasasti-prasasti Yupa yang menjadi saksi bisu akan keberadaan kerajaan Hindu tertua di bumi Kalimantan ini.
Semoga artikel ini dapat memberikan informasi dan manfaat untuk para pembaca, terimakasih !