Kita hidup di era Ekonomi Perhatian, di mana waktu dan fokus audiens adalah komoditas paling berharga. Dalam perebutan ini, konten yang instan, emosional, dan sensasional seringkali menang telak. Jeritan, konflik, dan drama berlebihan terbukti lebih efektif menarik mata penonton yang tersaring daripada upaya menjelaskan teori kompleks. Kecepatan dan dampak emosional adalah kuncinya.
Otak manusia secara naluriah memproses ancaman atau kejutan lebih cepat daripada informasi kognitif yang menuntut pemikiran mendalam. Konten yang memicu emosi kuat—seperti rasa takut atau marah—akan direspons dengan segera. Inilah mengapa konten yang “menjerit” atau sensasional, meskipun tidak mendidik, berhasil menguasai Ekonomi Perhatian. Konten edukatif sering dianggap melelahkan.
Media dan platform digital didesain untuk memaksimalkan waktu tonton (watch time) dan interaksi. Algoritma cenderung memprioritaskan konten yang memicu reaksi cepat dan kuat, seperti kontroversi atau adegan syok. Konten yang mengajarkan Teori Relativitas mungkin berharga, tetapi kurang viral. Dalam kerangka Ekonomi Perhatian, yang menarik perhatian lebih bernilai daripada yang menambah pengetahuan.
Konsekuensi dari dominasi ini adalah degradasi kualitas konten publik. Stasiun TV, produser konten, dan bahkan media sosial terpaksa menciptakan umpan yang dangkal demi bersaing. Mereka tahu bahwa kompleksitas dan kedalaman seringkali membuat penonton beralih, berisiko kehilangan jatah mereka dalam Ekonomi Perhatian. Jadi, mereka memilih strategi simplifikasi yang ekstrem.
Fenomena ini menimbulkan tantangan serius bagi upaya mencerdaskan bangsa. Jika platform terus mendorong konten yang memanjakan emosi dan mengabaikan logika, masyarakat akan semakin sulit fokus pada isu yang substantif. Penting bagi pembuat konten edukatif untuk menemukan cara baru agar pesan mereka tetap menarik di tengah kerasnya persaingan Ekonomi Perhatian.
Meskipun jeritan mungkin dominan saat ini, terdapat harapan. Kreativitas dan pengemasan yang cerdas dapat membuat teori kompleks tetap menarik. Penonton yang lelah dengan kebisingan mulai mencari kedalaman dan makna. Strategi ke depan harus fokus pada pengemasan yang menggabungkan elemen hiburan yang kuat dengan substansi, menantang hegemoni Ekonomi Perhatian saat ini.